Bank Sentral Korsel Pangkas Suku Bunga Acuan Jadi 1,25 Persen


Ilustrasi. (moshaddiq/Pixabay).
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Sentral Korea Selatan (Korsel) atau BoK memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin ke level terendah dalam dua tahun terakhir, 1,25 persen, pada Rabu (16/10). Hal ini dilakukan untuk mendorong laju ekonomi negeri ginseng di tengah perang dagang dengan Jepang.

Dilansir dari AFP, Rabu (16/10), pemangkasan suku bunga acuan mempertimbangkan kontraksi perdagangan global, pelemahan ekspor, dan turunnya investasi.

Presiden Korsel Moon Jae-in tengah berupaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengerek inflasi setelah tingkat harga merosot untuk pertama kalinya bulan lalu. Terlebih, pemilihan legislatif akan berlangsung enam bulan mendatang.


BoK memperkirakan ekonomi Korsel tahun ini diperkirakan hanya akan menyentuh 2,2 persen atau terkoreksi dari proyeksi yang dibuat Juli lalu, 2,5 persen. Tahun lalu, pertumbuhan ekonomi Korsel hanya 2,7 persen atau terendah dalam enam tahun terakhir.

Dengan turunnya suku bunga acuan, suku bunga pinjaman di Korsel saat ini setara dengan level terendah sebelumnya yang terjadi pada Juni 2016 dan November 2017.

"Seiring perkiraan pertumbuhan ekonomi akan moderat dan tekanan inflasi terhadap permintaan juga diperkirakan rendah, Dewan Gubernur akan menjadi stance kebijakan moneter yang akomodatif," ujar BoK dalam pernyataan tertulis.

Bank sentral menyatakan inflasi domestik diperkirakan hanya akan tertahan di kisaran nol persen untuk beberapa waktu ke depan sebelum akhirnya menanjak ke 1 persen tahun depan. Namun, level tersebut masih di bawah target yang dipatok 2 persen.

Sejumlah analis memperingatkan bahwa Korsel akan memasuki zona deflasi setelah harga turun 0,04 persen secara tahunan pada September lalu.

Perang dagang antara Korsel dan Jepang sendiri mulai memanas sejak Juli lalu, saat Jepang memperketat aturan ekspor tiga bahan kimia yang penting bagi produk perusahaan teknologi Korsel seperti Samsung.

Perselisihan kedua negara juga dipengaruhi oleh penjajahan Jepang terhadap Korsel pada paruh pertama abad ke-20.

Sumber : https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20191016122341-78-439980/bank-sentral-korsel-pangkas-suku-bunga-acuan-jadi-125-persen
Share:

BI Sebut Penyaluran Kredit Melambat di Kuartal III

Ilustrasi. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan kredit melambat pada sepanjang kuartal III 2019 kemarin. Perlambatan tercermin dari saldo bersih tertimbang permintaan kredit baru pada kuartal III yang sebesar 68,3 persen.

Saldo bersih tersebut lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai 78,3 persen. BI dalam pernyataan yang dikeluarkan dalam website resmi mereka menyatakan, berdasarkan jenis, perlambatan tersebut banyak bersumber dari kredit investasi dan konsumsi.

Namun, BI memperkirakan perlambatan kredit tersebut kemungkinan besar tak akan berlangsung lama. BI meramalkan kredit akan tumbuh kembali pada kuartal IV nanti.

Menurut proyeksi mereka, kredit akan tumbuh karena terdorong optimisme terhadap kondisi moneter dan ekonomi.  Sejalan dengan perkiraan pertumbuhan kredit baru tersebut, BI menyebut kebijakan penyaluran kredit juga akan longgar pada kuartal IV nanti.

Kelonggaran tersebut tercermin dari indeks lending standar sebesar 11,8 persen atau lebih rendah dari kuartal sebelumnya yang 12 persen. Pelonggaran tersebut terutama akan dilakukan pada kredit pemilikan rumah atau apartemen, kredit UMKM dengan aspek kebijakan penyaluran kredit yang akan longgar.

Hasil survei juga mengindikasikan perlambatan pertumbuhan kredit untuk seluruh 2019. Kredit mereka perkirakan akan tumbuh 9,7 persen atau lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan kuartal sebelumnya maupun realisasi tahun sebelumnya.
Share:

Trade Expo Indonesia, Kemendag Incar Transaksi US$9,6 M

Ilustrasi pameran dagang. (CNNIndonesia/ Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Perdagangan menggelar Pameran Perdagangan Indonesia (Trade Expo Indonesia/TEI) ke-34 pada 16-20 Oktober 2019.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menargetkan bisa meraih kenaikan Transaksi 15 persen atau US$1,26 miliar dibanding pameran sebelumnya yang mencapai US$8,45 miliar.


"Tahun ini Kami menargetkan untuk menyambut lebih dari 35 ribu eksportir, importir, dan investor. Mudah-mudahan dapat mencapai total transaksi ekspor dan investasi dengan target meningkat 15% dari tahun sebelumnya," katanya, Rabu (16/10).
Sementara itu Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan acara TEI diharapkan menjadi ajang perdamaian dalam perdamaian perdagangan. "Mari membuat acara ini menjadi perdagangan yang damai dan adil," kata JK.

Ia menyebutkan bahwa tanpa perdamaian, tidak mungkin semua orang bisa berdagang. Menurutnya, perdagangan adalah cikal bakal dari kemakmuran semua bangsa.

TEI digelar oleh pemerintah setiap tahun. Selain berisi pameran perdagangan, perhelatan juga diisi dengan forum bisnis, klinik bisnis, diskusi regional misi dagang mancanegara dan lokal.

Share:

Mendag Ungkap Penyebab Ekspor Indonesia Kalah dari Malaysia

Enggar ingin Indonesia segera memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan berbagai negara untuk mengerek ekspor. (CNN Indonesia/Andry Novelino).
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menilai keterlambatan membuka diri dengan negara lain melalui perjanjian perdagangan bebas menyebabkan ekspor Indonesia kalah dari Malaysia, Vietnam, dan Thailand.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor Indonesia tahun lalu sebesar US$180,06 miliar. Sebagai pembanding, di periode yang sama, ekspor Malaysia mencapai US$245 miliar, Thailand US$252,5 miliar, dan Vietnam US$290 miliar.

"Kita (Indonesia) ekspor ke negara tertentu dikenakan tarif lebih mahal dibandingkan negara yang sudah ada perjanjiannya," ujar Enggar di Tangerang Selatan, Rabu (16/10).Karenanya, sejak tiga tahun lalu, pemerintah gencar merundingkan perjanjian perdagangan bebas baik bilateral maupun multilateral. Berbagai perjanjian perdagangan itu diharapkan berlaku pada 2020-2021. Beberapa di antaranya Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA), Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) dan Indonesia-Taiwan Preferential Trade Agreement (PTA).

"Setelah berbagai perjanjian ini selesai ratifikasi dan berlaku, maka kita akan rasakan (dampaknya)," ujarnya.

Selain itu, rendahnya ekspor juga disebabkan oleh peraturan-peraturan yang menghambat. Karenanya, pemerintah saat ini tengah merevisi 72 undang-undang (uu) melalui skema omnibus law, termasuk undang-undang yang terkait dengan perizinan di bidang perdagangan.

Ia mencontohkan salah satu hal yang menghambat adalah ketentuan mengantongi rekomendasi menteri terkait jika ingin mengimpor barang modal. Permohonan rekomendasi itu memakan waktu. Ke depan, rekomendasi tersebut bisa dihilangkan.

"Tidak ada rekomendasi. Langsung, asal dia bisa membuktikan untuk investasi, tidak diperjualbelikan. Bahkan, kami siapkan sistem online," ujarnya.


Share:

Recent Posts